Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen padakulitnya. perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih
gelap. Selama kehamilan
warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi
seperti warna asli Semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat,
kelenjar lemak dari montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu
bahan dan dapat melicinkan
kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan
tempat penampungan air susu.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi dan ukuran payudara maka
letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang -
lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus
laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi,
sedangkan serat - serat otot
yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing - masing
lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus.
Selanjutnya masing - masing lobulus terdiri dari 10 – 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan
dengan saluran air susu (
sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Pembentukan kelenjar payudara.
b. Pembentukan air susu.
c. Pemeliharaan pengeluaran air susu.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang
jelas dari - duktus yang baru, percabangan - percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon - hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon - hormon
yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,
karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid,
hormon pertumbuhan.
Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut
kolostrom. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan
progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan
kolostrum yang ditekan.
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon - hormon terhadap pengeluaran air
susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang melahirkan bayi
berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang
masing- masing berperan
sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum maka estrogen dan progesterone sari-at berkurang, ditambah dengan adanya
isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang
ujung - ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor - faktor yang
menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor -
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang
sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air
susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang menyusui
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :
•
Stress atau pengaruh psikis
•
Anastesi
•
Operasi
•
Rangsangan puting susu
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
hipofise posterior ( neurohipofise ) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi
dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya menbalir
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
- Melihat bayi
- Mendengarkan
suara bayi
- Mencium bayi
- Memikirkan
untuk menyusui bayi
- Keadaan
bingung / pikiran kacau
- Takut
- Cemas
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise
akan mengatur kadar
prolaktin dan oksitosin dalam darah.
Hormone -
hormone ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah
sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala
bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi
diikuti dengan membuka mulut
dan kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
Putting susu yang sudah
masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, putting susu ditarik lebih jauh dan
rahang rnenekan kalang payudara dibelakang putting susu yang pada saat itu
sudah terletak pada langit - langit keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan
rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus
laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian
belakang lidah menekan putting susu pada langit - langit yang mengakibatkan air
susu keluar dari putting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan
menimbulkan cedera pada putting susu.
Kebanyakan bayi -
bayi yang masih baru lahir belajar menyusu pada ibunya, kemudian dicoba pada
susu botol yang bergantian, maka bayi tersebut akan menjadi bingung puting.
Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, cara menyusu seperti menghisap dot
botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh
karena itu, jika bayi terpaksa tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada
awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir, atau
pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung puting.