LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
“ EPIDERMIS DAN DERIVATNYA “
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai jaringan pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung berperan untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu yang ekstrim, dan menjaga kehilangan zat-zat makanan dari tumbuhan. Sel-sel epidermis beserta derivatnya terletak pada seluruh bagian tubuh tumbuhan paling luar, sehingga membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit. Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata, trikoma, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silica, dan lain-lain (Hidayat, 1995).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar dari daun, bagian bunga, buah dan biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani penebalan sekunder. Menurut fungsi dan bentuk sel-sel epidermis tidaklah sama. Selain dari sel epidermis yang umum juga dijumpai banyak macam rambut, sel pengawal stomata, serta sel spesifik lainnya. Akan tetapi dari segi topografi dan sampai tingkat tertentu secara ontogeni epidermis merupakan jaringan yang seragam (Iserep, 1993).
Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis didalam organ tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder tidak sama. Sel epidermis bentuk umum mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular (Sutrian, 2004).
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang epidermis dan derivatnya, sehingga nanti kita dapat mengetahui beberapa fungsi dari epidermis dan sistem-sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit yang terdiri dari epidermis, stomata, trikomata, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silika dan lain-lain.
Adapun rumusan masalah dari praktikum kali ini adalah :
- Bagaimana mengamati penampang melintang dan membujur bentuk sel penyusun epidermis?
- Bagaimana mengamati macam-macam bentuk sel penutup stomata berdasarkan penampang membujurnya?
- Bagaimana mengamati berbagai tipe stomata pada daun?
- Bagaimana menagamati berbagai macam bentuk trikomata?
- Bagaimana mengamati derivate epidermis yang lain selain stomata dan trikomata misalnya : sel-sel silica, sel-sel kipas, dan litosit, serta sel gabus?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
- Untuk mengetahui penampang melintang dan membujur bentuk sel penyusun epidermis.
- Untuk mengetahui macam-macam bentuk sel penutup stomata berdasarkan penampang membujurnya.
- Untuk mengetahui tipe stomata pada daun.
- Untuk mengamati berbagai macam bentuk trikomata.
- Untuk mengamati derivate epidermis yang lain selain stomata dan trikomata misalnya : sel-sel silika, sel-sel kipas, dan litosit, serta sel gabus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas, dermaberarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal dari meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit yang melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih hidup (Sutrian, 2004).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan biji, serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun fungsi sel epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel lain. Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan, dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak (Hidayat, 1995).
Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik tidak sama antara yang terdapat pada akar dengan yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya terdapat pada seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder (Iserep, 1993).
2.2 Susunan Sel Epidermis
2.2.1 Dinding Sel
Tebal dinding sel epidermis berbeda-beda, ada yang berdinding tipis, ada yang dinding periklinal luar atau dinding periklinal luar dan dalam lebih tebal daripada dinding antiklinalnya. Pada sisi luar dinding selulosa sebelah luar biasanya terdapat lapisan yang mengandung pektin yang memungkinkan terlepasnya kutikula dari daun dengan dibantu oleh pektinase atau dengan cara lainnya (Campbell, 2005).
Dinding sel epidermis beragam tebalnya pada pertumbuhan yang berbeda dan ditemukan di bagian yang berlainan pada tumbuhan yang sama. Pada biji, sisik dan beberapa daun tertentu seperti coniferae, dinding sel epidermis amat tebal serta berlignin. Lapangan noktah primer tedapat terutama pada dinding radial dan sinding sebelah dalam. Pada dinding sebelah luar kadang-kadang terlihat antar ruang antar fibril lebar yang juga disebut ektodesmata (Sutrian, 2004).
Kutin suatu senyawa bersifat lemak, merembes kedinding daerah sebelah luar dan berbentuk lapisan terpisah, yakni kutikula dipermukaan luar epidermis. Tebal kutikula sangan beragam dan perkembangannya di pengaruhi keadaan lingkungan. Kutikula umumya tertutup oleh bahan yang bersifat lilin yang merupakan lapisan datar atau berbentuk batang atau filament.dalam hal itu nampak seperti lapisan putik yang mudah lepas. Kutikula bagain dinding yang berkutikula serta lapisan lilin yang berfungsi sebagai pangurangan penguapan kadar air (Iserep, 1993).
2.2.2 Protoplas
Protoplas pada epidermis kebanyakan tumbuhan mengandung leukoplas dan tidak memiliki kloroplas. Pada beberapa pteridophita, tumbuhan air, serta tumbuhan yang hidup ditempat teduh, bisa ditemukan kloroplas. Antosian terdapat di vakuola sel epidermis sejumlah besar tumbuhan seperti zebrinependula dan batang, tangkai daun ricinus communis. Selain itu, tanin, lender dan kristal dapat pula ditemukan di sel epidermis (Loveless, 1987).
Sel-sel epidermis biasanya mempunyai banyak vakuola. Akan tetapi kadang dijumpai adanya vakuola-vakuola berukuran kecil. Dalam sel-sel epidermis mungkin dijumpai tanin, getah serta kristal (Hidayat, 1995).
2.3 Derivat Epidermis
2.3.1 Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai arti lubang atauporus. Esau mengartikan sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada di antaranya. Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup. Guard cell adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, juga dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya. Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, jadi terutama sekali pada daun-daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air terdapat pula alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata (Sutrian, 2004).
Sel yang mengelilingi stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuahan diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun. Pada daun, stomata ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka saja, biasanya pada permukaan bawah. Sel penutup biasanya mengadakan kloroplas sehingga bisa berlangsung fotosintesis. Sel penutup umumnya berbentuk ginjal, tetapi pada tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter. Dimungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar lingkungan, hal ini sangat berguna bagi proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Stomata berasal dari sel protoderm yang terdapat pada meristem apikal (Fahn, 1991).
Pada dikotil dapat dibagi menjadi empat jenis stomata berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup yaitu (Hidayat, 1995) :
- Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umumnya terdapat pada Ranunculacae.
- Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Crucifirae.
- Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup celah. Jenis ini umumnya terdapat pada Rubiaciae.
- Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis ini umum terdapat pada Acanthaciae.
Selain itu juga terdapat tiga kategori sel penutup, yaitu (Hidayat, 1995) :
- Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang dapat berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga. Memiliki asal yang sama.
- Perigen, sel yang di dekat stomata yang tidak memiliki asal yang sama dengan sel penutup.
- Mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki hubungan langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak.
Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn, 1991).
2.3.2 Trikoma
Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta fungsinya memang bervariasi. Trikoma terdapat pada hampir semua organ tumbuh-tumbuhan (pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuhan itu masih hidup. Disamping itu terdapat juga trikoma yang hidupnya hanya sebentar. Trikoma ini biasanya tumbuh lebih dahulu menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ tumbuhannya. Ditinjau dari susunannya dapat dibedakan menjadi dua, trikoma yang uniseluler dan multiseluler. Sedangkan menurut bentuknya trikoma juga dibagi menjadi dua, trikoma sebagai rambut dan trikoma sebagai sisik (Sutrian, 2004).
Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk tonjolan dalam bantuk rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel bergabung dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 1991).
Penggunaan trikoma dalam taksonomi sangat dikenal. Beberapa famili dapat dengan mudah diidentifikasi dengan adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang lain rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan dalam analisis hibrid antar spesies. Secara garis besar trikoma dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar (Fahn, 1991).
Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang tidak menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut gatal, dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 1995).
2.3.3 Sel Silika, Lentisel, Litosit, dan Sel Gabus
Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika yang berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika yang berupa massa silika yang isotropik dan di tengah-tengahnya buasanya berupa granula-granula renik. Pada pandangan permukaan, benda-banda silika itu mungkin berbentuk bulatan, elips, halter, atau berbeentuk pelana. Dilaporkan adanya silikon dijumpai hanya dalam jumlah kecil dalam sel silika muda, akumulasinya semakin cepat dalam sel yang mengalami proses menua (Fahn, 1991).
Dinding sel gabus disisipi oleh suberin dan banyak diantaranya mengandung bahan-bahan organuk padat. Sel-sel pendek kadang-kadang mempunyai papil, seta, duri, ataupun rambut. Metcalfe (1960) memberi perhatian terhadap kenyataan bahwa sel-sel gabus pada banyak tumbuhan memuat badan-badan silika, dan bahwa dalam badan silika rumput-rumputan tertentu juga terjadi dalam beberapa sel memanjang (Fahn, 1991).
Litosit merupakan derivat epidermis yang mempunyai bentuk khusus. Terdapat pada daun tumbuhan Moraceae dan Cucurbitacirae. Dindingnya mengalami penebalan ke arah lumen sel, epidermis yang mengalami penebalan dari luar ke dalam. Penebalan ini berbentuk rumah lebah mengandung selulosa dan kalsium karbonat yang disebut sistolit (Iserep, 1993).
Pada sebagian besar tumbuhan dalam jaringan periderm, terdaapat area terbatas yang sel-selnya tersusun tidak rapat, bersuberin atau tidak. Derah ini dinamakan lentisel. Lentisel menonjol di atas periderm di sekitarnya, karena ukuran yang lebih besar dan susunan sel-selnya yang tidak rapat, dan biasanya jumlahnya lebih banyak di daerah-daerah ini. Karena kesinambungan ini ruang-ruang antar sel dari lentisel serta dari jaringan sebelah dalam dari organ aksial, diduga bahwa fungsi lentisel berhubungan dengan pertukaran gas, sama dengan stomata pada organ yang hanya ditutupi oleh epidermis (Fahn, 1991).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 19 April 2010 jam 03.00-17.00 WIB Di Laboratorium Pendidikan Biologi B Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
- Mikroskop binokuler 1 buah
- Gelas benda dan penutup 8 buah
- Kaca penutup 8 buah
- Kuas 1 buah
- Pinset kecil 1 buah
- Jarum preparat 1 buah
- Silet 1 buah
- Pipet tetes 1 buah
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
- Daun bunga kana (Canna indica) 1 buah
- Daun bunga ungu (Rhodeoscalar) 1 buah
- Ficus elastic 1 buah
- Daun bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis) 1 buah
- Daun waru (Hibiscus tiliaceuss) 1 buah
- Daun terong 1 buah
- Daun keres 1 buah
- Daun jagung (Zea Mays) 1 buah
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Dibuat sayatan daun ungu (rhodeoscalar). Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.2 Dibuat sayatan daun kana (canna indica). Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.3 Dibuat Keres. Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.4 Dibuat sayatan daun bunga sepatu (hibiscus rosasinensis). Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.5 Dibuat sayatan daun waru (hibiscus tiliaceus). Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.6 Dibuat Terong Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.7 Dibuat sayatan jagung (Zea mays) Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
3.3.8 Dibuat sayatan daun tempuyung (Sonchus oleraceus). Diamati dibaawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Diperhatikan stomata dan trikomata. Digambar bentuk sel penutupnya, jika kurang jelas maka dipergunakan pembesaran 10 x 45.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan
|
Keterangan
|
Gambar literatur
|
Daun Bunga Kana (Canna hibrida) |
(Fahn. 1991)
|
|
Daun Ficus Elistica |
(Fahn. 1991)
|
|
Daun keres |
| |
Daun jagung (Zea mays) |
(Hidayat, 1995)
|
|
Daun Bunga Ungu (Rhodeoscalar) |
(Fahn, 1991)
|
Terdapat sel tetangga
|
Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis) | (Fahn, 1991) |
Terdapat sel seasal
|
Daun terong |
(Hidayat, 1995)
|
|
Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) |
(Hidayat, 1995)
|
|
4.1 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang epidermis dan derivatnya. Sebelum kita melakukan praktikum ini kita harus mengetahui alat dan bahan yang akan di gunakan, bahan-bahan yang digunakan adalah daun bunga kana (Canna hibrida), daun bunga ungu (Rhodeoscalar), terong, daun bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), daun waru (Hibiscus tiliaceuss), keres, daun fic dan daus elastica dan jagung (Zea mays). Alat yang paling utama dalam praktikum ini adalah mikroskop, karena kita mengamati tentang sel yang tidak tampak dengan mata telanjang. Perbesaran yang digunakan adalah 10 x 10.
4.2.1 Daun Bunga Kana (Canna indica)
Pengamatan pertama adalah dengan menggunakan daun bunga kana (Canna hibrida). Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun bunga kana (Canna hibrida), kemudianmengiris setipis mungkin dengan menggunakan silet. Pada bunga kana (Canna hibrida) dapat diketahui adanya stomata, sel penutup, dan sel tetangga. Pada daun Canna indica daun ini memiliki jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup di kelilingi satu buah sel tetangga atau lebih dengan sumbu sel tetangga sejajar sumbu sel penutup dan juga pada daun ini terlihat adanya ruang udara dalam. Dapat dilihat pada hasil pengamatan kami susunan stomata berupa jenis parasitik.
Tipe parasitik (rubiaceous) adalah setiap sel penjaga bergabung dengan satu atau lebih sel tetangga, sumbu membujurnya sejajar dengan sumbu sel penjaga dan apertur (Hidayat, 1995).
Ruang udara dalam (“substomatal chamber”) merupakan suatu ruang antar sel (intercelluler space) yang besar, yang berfungsi ganda yaitu fotosintesis, transpirasi dan juga respirasi. Ruang udara dalam ini memiliki hubungan yang teratur dengan ruang-ruang antar sel lainnya sampai yang letaknya di bagian dalam. Keadaan demikian sangat menjamin hubungan yang lancar antar bagian tumbuhan yang paling dalam dengan udara luar, terutama dalam pelaksanaan pertukaran gas (Sutrian, 2004).
4.2.2 Daun Bunga Ungu (Rhodeoscalar)
Dari hasil pengamatan kami yang kedua yaitu tentang daun Rhodeoscalar, setelah kita buat preparat sayatan pada daun dengan menggunakan silet atau pinset, kemudian kita amati di bawah mikroskop dengan perbesaran standar 10 x 10, dapat kita ketahui adanya stomata dan juga terlihat jelas sel penutup dan sel tetangga pada daun tersebut. Jika dibandingkan oleh literatur daunRhodeoscalar ini merupakan jenis stomata anisositik yang dilihat berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup. Kami mengklasifikasikannya dalam jenis stomata tersebut karena dari pengamatan jelas terlihat pada sel penutupnya dikelilingi tiga buah sel tetangga tapi juga ada yang empat sel tetangga yang masing-masing tidak sama besar. Dan juga pada saat pengamatan bagian sel tetangga terlihat berwarna hijau kehitaman, sedangkan ruang udara dalam berwarna pink muda.
Pada dikotil dapat dibedakan empat jenis stomata berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup. Salah satunya daun Rhodeoscalarjenis anisositik atau jenis Cruciferae yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Terlihat pada gambar di bawah ini (Hidayat, 1995) :
sel penutup
(Hidayat,1995)
Pada sel tidak menjadi hijau seperti sel epidermis atau sel rambut tangkai sari misalnya pada daun Rhodeoscalar, plastida tetap tak berwarna yang disebut dengan leukoplas, karena kurangnya radiasi atau sinar matahari, berbentuk bulat, lebih kecil, apabila terkena sinar matahari berubah menjadi kloroplas (Hidayat, 1995).
Leukoplas (tak berwarna) pada daun Rhodeoscalar ini biasanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (Sutrian, 2004).
4.2.3 daun Keres
Pengamatan ketiga adalah dengan menggunakan daun keres. Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil keres kemudian ditempeli solasi untuk bias mengamati daun tersebut. Pada daun keres terdapat trikoma dan sel kelenjar .
Trikoma adalah rambut bersel satu atau bersel banyak dibentuk dari sel epidermis. Struktung lebih besar dan padat seperti kutil dan duri (seperti duri mawar)yang tersusun oleh jaringan epidermis (Estiti. 1995).
4.2.4 Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis)
Pengamatan yang keempat yaitu pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) ini dibuat preparat sayatan daun setipis mungkin lalu diletakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. terlihat adanya stomata, sel penutup, sel tetangga dan ruang udara dalam. Dan jika dilihat dari susunan stomatanya termasuk anomositik.
Jenis anomositik atau jenis Ranunculaceae. Sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umum terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae dan lain-lain. (Hidayat, 1995).
sel penutup
sel tetangga
(Hidayat, 1995)
4.2.5 Daun Waru (Hibiscus tiliaceuss)
Pengamatan kelima adalah dengan menggunakan daun waru (Hibiscustiliaceuss). Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun waru (Hibiscus tiliaceuss) kemudian mengiris setipis mungkin dengan menggunakan silet. Pada daun waru yang telah diamati tampak adanya trikomata dengan jenis rambut bercabang bersel banyak dan berwarna hijau agak tua. Rambut-rambut ini berbentuk seperti bintang.
Trikomata merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak yang dibentuk dari sel epidermis. Struktur yang lebih besar dan padat seperti kutil dan duri yang tersusun dari jaringan epidermis. Pada trikomata yang berbentuk bintang merupakan trikomata yang tidak menghasilkan secret pada epidermis. Hal terjadi pada daun waru (Hidayat, 1995).
4.2.6 daun terong
Pengamatan keenam adalah dengan menggunakan daun terong Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun terong kemudian mengiris setipis mungkin dengan menggunakan silet. Disini diketahui adanya stomata dimana stomata ini dekelilingi oleh sel-sel penutup dan juga sel-sel tetangga.
Pada daun terong ini termasuk tipe rambung bintang dimana bentuk pada daun terong ini seperti bintang sehingga masuk dalam golongan daun yang bertipe rambut bintang.
4.2.7 Daun Ficus Elestica
Pengamatan ketujuh adalah dengan menggunakan daun ficus elestica. Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun ficus elestica. kemudian mengiris setipis mungkin dengan menggunakan silet. Pada irisan daun Ficus elestica tampak stomata, litosit, kutikula dan sel mesofil.
Pada daun Ficus elestica ini menggunakan pervesaran 10×10 sehingga pada daun tersebut sel-sel yang akan kami amati tampak jelas.(Sutrian, 2004).
4.2.8 Daun jagung (Zea mays)
Pengamatan kedelapan adalah dengan menggunakan daun jagung Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun jagung (Zea mays), kemudian mengiris setipis mungkin dengan menggunakan silet. Pada irisan daun lili, kami melihat adanya stomata yang dikelilingi sel tetangga yang melingkar secara radial yang jumlah sel tetangganya berjumlah empat atau lebih. Tipe stomata pada daun adalah jagung (Zea mays) diasitik.
sel penutup
(Hidayat,1995) sel tetangga
Pada daun jagung terdapat stomata yang berbentuk diantgus-diasthik seperti bulat telur, pada stomata terdapat bagiam-bagian diantaranya sel tetangga, sel penutup, inti sel, pada bagian dorsal terdapat jaringan epidermis. Epidermis ini berfungsi sebagai pelindung jaringan dibawahnya (Hidayat, 1995).
Hal ini juga didukung oleh Sutrian (2004) bahwa stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada bebrapa spesies tumbuhan dimana stomata dapat dijumpai pada kedua permukaan daunnya (ventral dan dorsal). Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daunnya, misalnya pada bunga lily air. Untuk tumbuhan dalam air tidak mempunya stomata sama sekali.
Pada stomata telah ditemukan sel tetangga dan sel penutup. Sel tetangga terletak di atas stomata dan sel sel penutup terdapat dibawah inti sel. Sel penutup yang terdapat stomata yang berbentuk seperti ginjal dan sel tetangga terletak berbatasan langsung dengan sel penutup. Hal ini dipertegas oleh Savitri (2008) bahwa stomata merupakan celah epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup. Sel penutup berbentuk seperti ginjal atau halter, sedangkan sel yang berbatasan dengan sel penutup disebut sel tetangga. Fungsi stomata sendiri sebagai alat respirasi, dimana terdapat pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida pada saat terjadi respirasi dan fotosintesis. Hal ini disebabkan oleh adanya klorofil pada stomata (Fahn, 1991).
Menurut Sutrian (2004), stomata mengatur pertukaran berbagai gas yang diperlukan oleh tumbuhan, yaitu pada bagian dalam dari tumbuhan dengan udara luar atau lingkungan udara bagian luar. Pengatur dari gerakan ini adalah stomata, yang juga mengatur berlangsungnya penguapan, dalam pengertian mengatur agar tidak terjadi kekurangan air pada tumbuhan. Pengaturan ini dilangsungkan melalui porus. Gerakan-gerakan sebenarnya berasal dari sel penutup yang mampu melakukan perubahan bentuk, karena mempunyai dinding sel yang bersifat elastis dan tidak sama tebalnya.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum tentang epidermis dan derivatnya adalah :
- Pada irisan daun kana (Canna indica), memiliki jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup di kelilingi satu buah sel tetangga atau lebih dengan sumbu sel tetangga sejajar sumbu sel penutup dan juga pada daun ini terlihat adanya ruang udara dalam.
- Pada irisan daun bunga ungu (Rhodeoscalar) terdapat stomata dan juga terlihat jelas sel penutup dan sel tetangga pada daun tersebut. Jika dibandingkan oleh literatur daun Rhodeoscalar ini merupakan jenis stomata anisositik yang dilihat berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup.
- Pada daun terong termasuk tipe rambung bintang dimana bentuk pada daun terong ini seperti bintang sehingga masuk dalam golongan daun yang bertipe rambut bintang
- Pada irisan daun bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), Pada daunHibiscus terlihat adanya stomata, sel penutup, sel tetangga dan ruang udara dalam. Dan jika dilihat dari susunan stomatanya termasuk anomositik.
- Pada daun waru (Hibiscus tiliaceuss) yang telah diamati tampak adanya trikomata dengan jenis rambut bercabang bersel banyak dan berwarna hijau agak tua. Rambut-rambut ini berbentuk seperti bintang.
- Pada daun keres terdapat trikoma dan sel kelenjar .
- Pada daun Ficus elestica tampak stomata, litosit, kutikula dan sel mesofil
- Pada irisan jagung (Zea mays) kami melihat adanya stomata yang dikelilingi sel tetangga yang melingkar secara radial yang jumlah sel tetangganya berjumlah empat atau lebih. Tipe stomata pada daun jagung (zea mays)adalah dianthus diasitik.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2005. Biologi. Jakarta : Erlangga
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB
Loveless A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama
Sutrian, Yayan Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan TentangSel dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta